Minggu, 14 Oktober 2018

Is Xiaomi MI A1 Still Worth in 2018?


     Xiaomi became a new phenomenon in a smartphone society, since the launching of Xiaomi Redmi 1 in 2014. It makes a big impact or even destroys on smartphone marketplace in the entire world including Indonesia that led by Samsung and iPhone. Why does Xiaomi can disturb the hegemony of Samsung and iPhone marketplace? Of course, If you know the philosophy of the company is you would have seen innovation for everyone and this is really important because you want to bring high-quality innovative products and make them affordable so that everybody can enjoy the product. You know that Indonesia is a developing country, so the majority of society prefer to buy a low-budget smartphone but have good quality, or we can say that “kere hore”
    In 2016, Xiaomi had been launched a new product called Xiaomi Redmi 4x and gain high profit in Indonesia. The next year,  they launched a new mini-flagship product again collaborated with Google. Here we call Xiaomi MI A1. I've been using this product since 3 months ago, surprisingly this smartphone still can show high performance beyond I expected. Even though Xiaomi releases they feature phones such as MI A2 and Redmi 5 Pro this year, I feel the performance of Xiaomi MIA1  these are 4 reasons why Xiaomi MI A1 still worth in 2018. 
1. Appearance and Design Specification









     Let’s see the first glimpse of MI A1. Then, let's talk about the three things that a part of any big phone one is a big display, dual camera and the battery. This smartphone available in 2 variants colour, black and gold, with a dual camera behind makes this smartphone more elegant than others. It also has a large 5.5 inch full HD screen and it's protected by Corning Gorilla Glass so you never have to worry about accidentally scratching. Don’t forget this smartphone also has a fingerprint behind the body for maximum protection. The material is similar to the Mi 5X, which is wrapped in aluminium with a shiny metal edge that makes it look more premium.

     On the smartphone screen, a notification light, proximity sensor and front camera are displayed, while there are three navigation buttons lined up below the screen and with a USB Type-C port and 3.5mm headphone jack hole. All those design specifications still usable in this year, because not all smartphones in the similar price range with Xiaomi MI A1 have all these features.

2. Camera

     Besides a premium design, what else are we looking for in a good phone well?. I think we can probably all agree that photography is extra important so MI A1 comes with a flagship dual camera and I'm constantly impressed by the photography experience from our flagship dual camera but I think we take camera experience to the next level we have a picture-perfect dual camera. it delivers picture-perfect shots bouquet effect is very commonly found in DSLRs so there's many many do all camera solutions on the market today so what today and this together delivers a DSLR quality experience that you can put right in your pocket. The bokeh effect created on the camera becomes one of the sweeteners of every photo was taken. In addition, the colour exposure created appears so detailed. Photographing bokeh objects in bright lighting is always has a pleasant experience. In other words, if you are looking for a DSLR features in a pocket, Xiaomi MI A1 is your answer.


3. Performances

     The Qualcomm Snapdragon 625 this is new generation of processor so you never have to worry about playing visually intensive games it's great on battery life so you don't have to worry about your phone suddenly running out of battery and it's got great thermal performance so you don't have to worry about your phone heating up these three factors help determine a great user experience. As long as I use the Xiaomi Mi A1, the performance of the phone feels fast and there is no meaningful lag. The use of Snapdragon 625 processor combined with 4GB RAM and pure Android version makes this phone run various applications smoothly. I tried to play some games that require qualified specifications such as Dynasty Warriors Unleashed and Need for Speed Unlimited, the game can be played smoothly. Playing the Mobile Legend game that is currently popular is also smooth. For benchmark scores in AnTuTu, Xiaomi Mi A1 gets a score of 61,844. This score automatically places Xiaomi Mi A1 among middle-class cellphones for performance matters.

4. Android One
     MI A1 is created by Xiaomi and powered by Google partnering with Android one so show me Xiaomi is a fast-growing Internet company and we very much respect the nature of Internet openness we recognize there are some of our users who prefer a different flavour of Android and we want to cater to those users as well and so with theme a one we are offering a unique experience of combining hardware with our stock Android premium pure Android camera. The benefits of using Android Stock are No Bloatware, chance of a faster update, and Long battery life.

5. Battery


     If we talk about the battery, equipped with the Mi A1 comes with a smaller 3,080mAh battery, which is a pretty standard size these days. However,  the perfect combination between Xiaomi and Google can optimize the battery life. For the use of daily activities such as surfing the web, social networking, and playing games, this MI A1 is quite resistant all day without needing to be charged. From morning at 100%, there is still a battery of 39% remaining in the morning the next day. For the problem of the minus battery from Xiaomi Mi A1 is the absence of fast charging support so that the MI A1 battery charging process becomes a bit long. It takes about 2 hours to charge mobile battery power from 25% to 100%. However, I think the absence of a fast charging feature does not have significant impacts on this smartphone.
     In conclusion, although the Xiaomi Mi A2 is already on the way and the presence is already a few months, the truth Xiaomi MI A1 still worth to buy in 2018. The hardware also a little below the new Redmi Note 5 Pro. however, the difference is almost minor. In addition, the software of the Xiaomi Mi A1 with Android One makes the performance of the terminal is driven, reducing the differences with the latest mid-range terminals the Chinese firm. In addition, the double camera makes it a benchmark at a photographic level in terminals of this same price range.


Sabtu, 04 Februari 2017

Napak Tilas Sejarah dan Peninggalan Sunan Giri Untuk Islam

           Gresik, kota kecil terletak di Pantai Utara Jawa Timur, terkenal dengan julukan sebagai “Kota Industri” karena masifnya pembangunan pabrik-pabrik baru dikota ini. Tak heran, cuaca di Gresik terkenal dengan suhu udara panas yang teramat sangat. Tapi, dibalik itu semua kita akan merasa sejuk ketika datang berziarah ke makam para wali yang dikebumikan disini. Sebut saja Sunan Maulana Malik ibrahim, Sunan Giri, dan Juga Siti Fatimah binti Maimun. Oleh karena itu Gresik terkenal dengan sebutan kotanya para wali. Maka saya putuskan untuk mengambil tempat observasi di kota kelahiran saya ini.


            26 November 2016, sebuah perjalanan spiritual dimulai. Berangkat dari rumah kecil saya di Desa Masangan, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. Dengan mengendarai sepeda motor, 40 menit dihabiskan selama perjalanan dengan jarak kurang lebih 40 Km untuk sampai di tempat tujuan. Tibalah di makam Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik yang terletak dipusat Kota Gresik, tepatnya di Desa Gapurosukolilo menjadi destinasi pertama. Tempat ini merupakan tujuan utama dalam kegiatan observasi peninggalan sejarah islam, karena memiliki kesamaan nama dengan kampus tempat saya belajar sekarang.

            Masuk ke dalam, disambut dengan banyaknya peziarah yang datang dari pelbagai daerah di Indonesia. Memang karomah seorang wali tidak ada habisnya meskipun beliau telah wafat. Disini saya mencoba mencari jejak peninggalan Sunan Gresik lewat penuturan langsung dari ahli sejarahnya. Setelah bertanya kesana kemari, akhirnya memunculkan satu nama, yaitu Bapak Abdul Wahab. Beliau merupakan ahli sejarah yang sudah berpengalaman. Segera saya mencarinya disetiap sudut kompleks makam. Namun hasilnya ternyata nihil. Dengan berat hati, karena tidak ada informasi otentik  dari ahli sejarah, segera saya meninggalkan tempat.

            Saya putuskan rencana kedua untuk menuju destinasi selanjutnya, yakni Makam Sunan Giri. Terletak diatas sebuah bukit di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Kita harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menuju ke makam utama, karena untuk kesana harus ditempuh dengan menaiki anak tangga kira-kira sejauh 200 meter. Namun tidak usah khawatir jika tidak kuat, banyak jasa ojek siap mengantar melewati jalur lain yang lebih cepat. Menelusuri langkah demi langkah menaiki anak tangga, saya jadi membayangkan betapa beratnya perjalanan dan cobaan yang ditempuh Sunan Giri ketika mensyiarkan agama islam di Gresik dan seluruh Indonesia pada umumnya. Akhirnya, saya masuk di kompleks utama makam. Penyambutan hangat diberikan oleh bapak Su’udi selaku penjaga pintu utama makam. Saya disarankan untuk menemui bapak Hamim untuk menelusuri lebih dalam lagi mengenai sejarah Sunan Giri. Alhamdulillah, Allah memudahkan jalan saya untuk menemui bapak yang dimaksud. Tidak menunggu waktu lama lagi, saya ajukan beberapa pertanyaan seputar sejarah Sunan Giri.

            Jadi, Raden Paku (Nama kecil Sunan Giri) dilahirkan di kerajaan Blambangan yang masuk dalam wilayah Banyuwangi, Jawa Timur pada tahun 1442. Putra dari pasangan Maulana Ishaq, ulama besar dari Samarkand  dan Dewi Sekardadu putri dari Prabu Minak Sembuyu ini pada waktu kecil memiliki kisah cukup unik, karena pada waktu kelahirannya wilayah Blambangan sering mendapat wabah penyakit mematikan. Oleh karena itu, untuk menghilangkan kutukan tersebut ayahanda dari Raden Paku memutuskan untuk membuang dan memasukkan ke dalam peti bayi yang baru dilahirkan tersebut dilautan lepas. Kisah ini hampir mirip dengan apa yang dialami Nabi Musa semasa kecil.

            Kemudian dalam perjalanannya, Raden Paku ditemukan oleh saudagar kaya dari Gresik bernama Nyai Ageng Pinatih yang kelak mengangkatnya sebagai anak dan memberi nama Joko Samudro (Joko=Anak Laki-Laki, Samudro=Laut). Dia tumbuh menjadi anak yang cerdas. Hingga pada usia 12 tahun, dia berguru pada syekh Ali Rahmatullah(Sunan Ampel) untuk memperdalam ilmu agamanya di Pondok Pesantren Ampel di Ampeldenta, Surabaya. 7 tahun belajar, Sunan Giri mampu menghafal Al Qur’an dan diwisuda serta mendapat gelar Ainul Yaqin.  Sunan Giri pernah dalam suatu hari menikahi dua orang gadis sekaligus dalam satu hari. Di pagi hari menikah dengan Dewi Murthosyiah, yakni putri dari Sunan Ampel dan asharnya dengan Dewi Wardah, putri dari Ki Ageng Bungkul. Dari pernikahan dengan Dewi Murthosyiah, Sunan Giri dikaruniai 8 anak, diantaranya: Ratu Gede Kukusan, Sunan Dalem, Sunan Tegalwangi, Nyai Ageng Seluluhur, Sunan Kidul, Ratu Gede Saworasa, Sunan Kulon, Sunan Waruju. Sedangkan dari Dewi Wardah beliau hanya memiliki 2 orang anak yaitu Pangeran Pasirbata dan Siti Rohbayat.

            Sunan Giri juga pernah mendirikan sebuah pondok pesantren yang pada waktu itu mendapat predikat sebagai pesantren terbesar di Pulau Jawa, Yaitu Pesantren Giri Kedaton. Beliau mendirikan pesantren tersebut diatas perbukitan di Desa Sidomukti. Giri dalam bahasa Jawa berarti gunung/bukit. Hal itu yang mendasari penyebutan Sunan Giri oleh masyarakat sekitar. Santrinya dari masyarakat biasa sampai bangsawan, tapi justru kebanyakan berasal dari luar Jawa, seperti Lombok, Samarinda, Padang, dsb. Salah satu murid paling terkenal adalah Datuk Ri Bandang, yang merupakan seorang mubaligh di kerajaan Gowa-Tallo. Pesantren Giri berkembang sangat pesat hingga menjadi salah satu pusat pengembangan islam di Pulau Jawa serta menjadi kerajaan islam bernama Giri Kedaton dimana Sunan Giri menjadi raja pertamanya dengan gelar Prabu Satmata. Lewat kerajaan tersebut Sunan Giri juga secara otomatis membawa masyarakat Gresik menuju kemajuan, dari sektor ekonomi sampai sosial.

            Meskipun paling muda, diantara 9 wali, Sunan Giri dianggap memiliki ilmu paling tinggi, sampai disebut sebagai rajanya para wali. Karena itu, Sunan Giri sering ditunjuk sebagai pemimpin rapat walisongo dan juga sebagai pengambil keputusan dalam suatu masalah. Hingga pada usia 63 tahun, tepatnya pada tahun 1603 Sunan Giri Wafat, dan dimakamkan di Desa Giri. Banyak peninggalan dari Sunan Giri, diantaranya buah pace atau dalam Bahasa Indonesianya disebut buah mengkudu, pada waktu itu mengobati bagi pasangan yang belum punya keturunan, tapi sekarang pohonnya sudah rusak. Ada juga watu gajah, berupa bongkahan-bongkahan batu besar dari sisa bangunan yang belum sempat dihancurkan. Kemudian Telogo Pegat, digunakan sebagai sumber air warga setempat. Sunan Giri juga membangun masjid Ainul Yaqin sebagai pusat ibadah, letaknya masih di kompleks makam.

             Terakhir yang paling legendaris adalah Keris Kolomunyeng, senjata andalan Sunan Giri ketika menghadapi lawan-lawannya. Konon, keris kolomunyeng bisa bergerak sendiri membunuh musuh-musuh Sunan Giri, selain itu keris ini diyakini memiliki kemampuan untuk membuat pasukan bayangan serta mengacaukan serangan lawan dengan memunculkan koloni lebah.

            Memang Sunan Giri telah wafat beberapa abad yang lalu, namun karomah dan barokah seorang wali masih hidup dan menghidupi warga sekitar Giri. Disamping makam ada pasar khusus oleh-oleh khas Gresik yang berjejer-jejer. Biasanya tempat ini menjadi rujukan kedua setelah makam Sunan Giri.

            Selesai sudah perbincangan saya dengan Bapak Hamim selaku juru kunci makam, diakhir saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kesediannya meluangkan waktu untuk sekedar bercerita dan menuturkan sejarah serta fakta mengenai Sunan Giri di masa lalu. Sebelum keluar dari kompleks makam, beliau berpesan pada saya dan mahasiswa pada umumnya untuk selalu belajar dengan rajin, tapi tidak lupa dengan gusti Allah, juga menjaga sejarah dengan sebaik-baiknya.

Kamis, 03 November 2016

Tantangan Besar Manusia Indonesia Era Pascamodern


            Zaman berubah semakin cepat, senada dengan perkembangan pola pikir manusia yang berkembang dari zaman purba sampai sekarang. Dalam perjalanan waktu pola pikir manusia berkembang sesuai zamannya, hingga terkumpul pengetahuan-pengetahuan sebagai hasil bertanya, meneliti, dan mencermati penelitian orang lain. Hingga tak terasa tahun masehi telah memasuki masanya yang ke 2016,  ilmu pengetahuan telah menjadi dasar hidup manusia sehingga kebutuhan umat manusia terus meningkat dari tahun ke tahun. Banyak negara di dunia mengalami pertumbuhan pesat dalam berbagai aspek, mulai ekonomi, sosial, budaya, bahkan teknologi. Memang tidak bisa dipungkiri lagi kita sekarang sudah memasuki era pascamodern dengan masifnya perkembangan teknologi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Teknologi merupakan keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Memang sekarang teknologi  menjadi salah satu kebutuhan utama yang semakin banyak peminatnya. Terbukti inovasi sekarang sudah lazim ditemukan dimana-mana, baik dari warga biasa sampai akademisi. Teknologi berperan penting dalam memajukan zaman, dan hal tradisional pun perlahan mulai ditinggalkan. Kita lihat saja sekarang, dunia teknologi sudah merambah kepada semua orang dari anak muda, orang dewasa, bahkan anak-anak pun tidak ketinggalan ikut-ikutan menggunakan produk teknologi berupa smartphone mulai dari yang low-end sampai high-end.

            Fakta menunjukkan pada tahun 2016 Indonesia menempati posisi ke-6 dunia dalam urusan penggunaa smartphone dengan jumlah pengguna aktif mencapai 47 juta (Media Research Center). Maka jangan heran sekarang kebanyakan manusia Indonesia sekarang hanya terfokus terhadap gadget mereka tanpa peduli dengan lingkungan sekitar. Sebutan generasi nunduk disematkan yang mengacu pada sekelompok atau seorang individu yang selalu menundukkan kepala dan berlama-lama menatap layar smartphone. Ada 3 Indikasi seseorang telah benar-benar kecanduan gadget, pertama apatis, anti sosial, dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Kedua mereka mulai kehilangan kemampuan untuk bersosialisasi. Dan yang ketiga smartphone benar-benar tidak bisa lepas dari tangan mereka, kemanapun dan kapanpun. Ungkapan “We live in the era of the smartphones and stupid people” memang tepat menggambarkan keadaan manusia Indonesia sekarang. Jika terus dibiarkan, maka tidak akan bisa bangsa ini maju. Karena dalam diri masyarakatnya masih terjajah oleh produk teknologi, karena itu kita belum merdeka sepenuhnya secara hakikat. Tentu juga dampak bagi moral manusia Indonesia juga cukup serius. Kepuasan yang tidak pernah tuntas akan memunculkan gaya hidup hedonisme. Dan apabila tidak terpenuhi, mereka cenderung melakukan hal apapun termasuk tindakan kriminal sebagai jalan akhir. Tentu saja perbuatan ini meresahkan bagi semua masyarakat. Akankah kita hanya duduk terdiam melihat kemajuan yang memundurkan ini?. Memang kita tidak bisa menghindar dari semua keadaan ini, mengingat kita juga sebenarnya membutuhkan smartphone untuk sekedar berkomunikasi dan multimedia. Hanya saja penggunaannya yang harus kita batasi, jangan sampai smartphone yang hanya sebesar telapak tangan orang dewasa mengusai penuh otak , kita harus melawan jangan sampai kalah!

            Selain teknologi, pendidikan sekarang juga sedang hangat untuk diperbincangkan. Mulai dari dasar sampai perguruan tinggi, dan juga para pengajar yang tak luput dari perbincangan. Banyak dari kita tidak menyadari bahwa sebenarnya pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh dibawah negara-negara tetangga, seperti: Malaysia, Singapura, apalagi Australia. Tapi perlahan kini Indonesia mulai bangkit dari keterpurukan, dengan menunjukkan prestasinya di dunia internasional dengan menjadi langganan juara dipelbagai event olimpiade yang diselenggarakan rutin setiap tahunnya. Sungguh membanggakan, namun apakah ada yang bisa berani menjamin mereka yang rela berkorban demi negara ini punya masa depan cerah? Tidak semua dari mereka memiliki kesempatan untuk mencicipi hal itu. Banyak dari mereka masih bersusah payah untuk sekedar mengisi perut apalagi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Terlihat miris, namun inilah yang sebenarnya terjadi di negeri kita tercinta.

Sabtu, 17 September 2016

Orientasi Penulis Blog

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

 

Dengan penuh rasa hormat, saya ucapkan selamat datang di galeri tulisan pribadi saya. Memang masih belum terlihat sempurna, namun dalam waktu dekat jika tidak ada kesibukan saya akan membuat lebih sempurna lagi tampilan blog ini.

 

Tulisan berikut merupakan postingan pertama saya, semoga bisa tetap terjaga konsistensi dan tetap berkarya dengan tulisan. Selagi bisa, maka tak usah ragu lagi untuk menulis, karena menulis termasuk salah satu cara agar pikiran kita tidak mati tak berguna.

 

Mungkin dalam rangkaian tulisan singkat ini, saya sedikit bercerita sekedar melepas rasa penasaran terhadap identitas penulis blog disini (Jika ada).

 

Muhammad Rizal Anshori, nama 24 karakter yang cukup singkat harus saya sandang seumur hidup. Bersyukur karena nama diatas merupakan salah satu pemberian berharga dari orang tua yang rela memperjuangkan tenaga,waktu,materi hingga tumbuh besar seperti sekarang. Maka dari itu juga, panggilan Aan mereka sematkan pada diri saya untuk mempermudah dalam mengingat serta memanggil. Namun akhir ini, nama Rizal sedikit lebih sering digunakan untuk menyebut saya dalam komunikasi, karena memang sengaja saya memodifikasi sedikit agar lebih mudah. Kebetulan hari Sabtu Legi 27 Desember 1997 Allah memberikan kesempatan pertama dan terakhir untuk bisa mencicipi indahnya dunia ini. Memang tak mudah memegang amanah langsung dari tuhan, namun sebagai hamba yang taat harus selalu bertaqwa serta berjuang di jalan yang di ridhoiNya sampai akhir hayat.

 

Saya berusaha untuk belajar dan terus belajar, tak ada kata lelah meski sering mendera. Karena memang diwajibkan menutut ilmu dari buaian hingga liang lahat. Maka dari itu setelah saya lulus dengan nilai yang cukup mengkhawatirkan dari SMAS Assa'adah Sampurnan Bungah Gresik tahun 2016, melewati berbagai jalur tes yang cukup menguras tenaga dan pikiran, Alhamdulillah tuhan memberikan saya kesempatan untuk melanjutkan studi di sebuah universitas ternama di Jawa Timur bahkan Indonesia, tepatnya di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Bahasa dan Sastra Inggris menjadi bidang studi yang akan saya pelajari selama 4 tahun kedepan..InsyaAllah.


Hidup dalam perantauan memang mengasyikkan, banyak pengalaman baru mencoba menantang saya untuk berbenah diri lebih baik daripada waktu-waktu yang terlewatkan. 110 km kurang lebih jarak dari kampung halaman di Gresik dengan Malang sebagai destinasi studi saya. Jika ditempuh dengan bus bisa memakan waktu sampai 3 jam lebih dengan biaya sekitar Rp.25.000 sebagai ongkos berangkat. Namun hidup jauh dari keluarga memang terkadang mengundang  rasa rindu yang menyesakkan, memang ini baru pertama kali juga saya hidup merantau, makan bayar sendiri, cuci baju sendiri, bahkan jika sakit mengurus sendiri. Rumit? Iya saya akui, dalam proses belajar hal itu merupakan sebuah kewajaran untuk harus dilalui untuk mencapai keadaan yang diharapkan dalam setiap doa-doa yang dipanjatkan.


Mungkin cukup sudah tulisan kali ini, karena diatas saya sudah berjanji dengan kata "singkat". Semoga orientasi  tentang saya kali ini bisa menuntaskan dahaga informasi mengenai saya sebagai satu-satunya penulis blog ini. Saya tutup dengan kutipan dari Imam Syafii :

“Merantaulah, kau akan mendapat pengganti kerabat dan teman. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. (Imam Syafii)”

 Selamat Malam!